SELALU DEKAT KEPADA ALLAH DENGAN ASMA'UL HUSNA
A.
Pengertian
Al-Asmā’u al-Ḥusnā terdiri atas dua kata, yaitu Al-asmā
yang berarti nama nama, dan Al-Husna yang berarti baik atau indah. Jadi,
al-Asmā’u al-Husnā dapat diartikan sebagai nama-nama yang baik lagi indah yang
hanya dimiliki oleh Allah Swt. sebagai bukti keagungan-Nya. Kata al-Asmā’u al-Ḥusnā
diambil dari ayat al-Qur’ān Q.S. Tāhā/20:8. yang artinya, “Allah Swt. tidak ada
Tuhan melainkan Dia. Dia memiliki al-Asmā’u al-Ḥusnā (namanama baik).“
B. Dalil mengenai Al-Asmā’u al-Ḥusnā
I.
Firman Allah
SWT. dalam Q.S. al-A’rāf/7:180
Artinya: “Dan Allah Swt. memiliki asmā’ul husna,
maka bermohonlah kepada-Nya dengan (menyebut) nama-nama-Nya yang baik itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti
mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. al
A’rāf/7:180)
Dalam ayat lain dijelaskan bahwa al-Asmā’u al-Ḥusnā
merupakan amalan yang bermanfaat dan mempunyai nilai yang tak terhingga
tingginya. Berdoa dengan menyebut al-Asmā’u al-Ḥusnā sangat dianjurkan menurut
ayat tersebut.
II.
Hadis
Rasulullah saw. yang diriwayatkan Imam Bukhari
Artinya: “Dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah Swt. mempunyai sembilan puluh
sembilan nama, seratus kurang satu, barang siapa yang menghafalkannya, maka ia
akan masuk surga”. (H.R. Bukhari).
Apakah hanya dengan menghafalkannya seseorang dengan
mudah akan masuk ke dalam surga? Jawabnya, tentu saja tidak. Karena
menghafalkan al-Asmā’u al-¦usnā harus diiringi juga dengan menjaganya, baik
menjaga hafalannya dengan terus-menerus menżikirkannya, maupun menjaganya
dengan menghindari perilakuperilaku yang bertentangan dengan sifat-sifat Allah
Swt. dalam alAsmā’u al-¦usnā tersebut.
C.
Memahami
makna al-Asmā’u al-Husnā
a.
Al-Karim
Secara bahasa, al-Kar³m mempunyai arti Yang Mahamulia,
Yang Maha Dermawan atau Yang Maha Pemurah. Secara istilah, al-Karim diartikan
bahwa Allah Swt. Yang Mahamulia lagi Maha Pemurah yang memberi anugerah atau
rezeki kepada semua makhluk-Nya.
Hal tersebut sesuai dengan firman-Nya:
Artinya: “Hai manusia apakah yang telah
memperdayakanmu terhadap Tuhan Yang Maha Pemurah?” (Q.S. al-Infitār:6).
b.
Al-Mu’min
Al-Mu’min
secara bahasa berasal dari kata amina yang berarti pembenaran,
ketenangan hati, dan aman. Allah Swt. al-Mu’m³n
artinya Dia Maha Pemberi rasa aman kepada semua makhluk-Nya, terutama
kepada manusia. Dengan demikian, hati manusia menjadi tenang.
Perhatikan firman Allah Swt. berikut ini.
Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan syirik, mereka itulah orang-orang yang
mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.” (Q.S. al-An’ām/6:82).
c.
Al-Wakil
Kata “al-Wakil” mengandung arti Maha Mewakili atau
Pemelihara. Al-Wakil (Yang Maha Mewakili atau Pemelihara), yaitu Allah Swt.
yang memelihara dan mengurusi segala kebutuhan makhluk-Nya, baik itu dalam
urusan dunia maupun urusan akhirat. Dia menyelesaikan segala sesuatu yang
diserahkan hambanya tanpa membiarkan apa pun terbengkalai. Firman-Nya dalam
al-Qur’ān:
Artinya: “Allah Swt. pencipta segala sesuatu dan Dia
Maha Pemelihara atas segala sesuatu.” (Q.S. az-Zumar/39:62)
d.
Al-Matin
Al-Matin artinya Mahakukuh. Allah Swt. adalah
Mahasempurna dalam kekuatan dan kekukuhan-Nya. Kekukuhan dalam prinsip
sifat-sifat-Nya. Allah Swt. juga Mahakukuh dalam kekuatan-kekuatan-Nya. Oleh
karena itu, sifat al-Matin adalah kehebatan perbuatan yang sangat kokoh dari
kekuatan yang tidak ada taranya. Dengan demikian, kekukuhan Allah Swt. yang
memiliki rahmat dan azab terbukti ketika Allah Swt. memberikan rahmat kepada
hamba-hamba-Nya. Tidak ada apa pun yang dapat menghalangi rahmat ini untuk tiba
kepada sasarannya. Demikian juga tidak ada kekuatan yang dapat mencegah
pembalasan-Nya.
Artinya:
“Sungguh Allah Swt., Dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi
sangat kukuh.” (Q.S. aż-Żāriyāt/51:58).
e.
Al-Jāmi’
Al-Jāmi’ secara bahasa artinya Yang Maha Mengumpulkan/
Menghimpun, yaitu bahwa Allah Swt. Maha Mengumpulkan/Menghimpun segala sesuatu
yang tersebar atau terserak. Allah Swt. Maha Mengumpulkan apa yang dikehendaki-Nya
dan di mana pun Allah Swt. berkehendak. Penghimpunan ini ada berbagai macam
bentuknya, di antaranya adalah mengumpulkan seluruh makhluk yang beraneka
ragam, termasuk manusia dan lain-lainnya, di permukaan bumi ini dan kemudian
mengumpulkan mereka di padang mahsyar pada hari kiamat. Allah Swt. berfirman:
Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau
mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada
keraguan padanya”. Sesungguhnya Allah Swt. Tidak menyalahi janji.”(Q.S. Ali
Imrān/3:9).
f.
Al-‘Adl
Al-‘Adl artinya Mahaadil. Keadilan Allah Swt. bersifat
mutlak, tidak dipengaruhi oleh apa pun dan oleh siapa pun. Keadilan Allah Swt. juga didasari dengan ilmu
Allah Swt. yang Maha Luas. Dengan demikian, tidak mungkin keputusan-Nya itu
salah. Allah Swt. berfirman:
Artinya : “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu
(al-Qur’ān, sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah
kalimatkalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S.
al-An’ām/6:115).
g.
Al-Ākhir
Al-Ākhir artinya Yang Mahaakhir yang tidak ada sesuatu
pun setelah Allah Swt. Dia Mahakekal tatkala semua makhluk hancur, Mahakekal
dengan kekekalan-Nya. Adapun kekekalan makhluk-Nya adalah kekekalan yang
terbatas, seperti halnya kekekalan surga, neraka, dan apa yang ada di dalamnya.
Surga adalah makhluk yang Allah Swt. ciptakan dengan ketentuan, kehendak, dan
perintah-Nya. Nama ini disebutkan di dalam firman-Nya:
Artinya: “Dialah Yang Awal dan Akhir Yang Zahir dan
Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu “. (Q.S. al-Hadid/57:3).
D.
Perilaku yang Mencerminkan Keimanan terhadap Asmaul Husna
Perilaku yang mencerminkan sikap memahami al-Asmā’u al-Husnā, tergambar dalam
aktivitasaktifitas berikut.
i.
Menjadi orang yang dermawan
Sifat dermawan adalah sifat Allah Swt. al-Kar³m
(Maha Pemurah), sehingga sebagai wujud keimanan tersebut, kita harus menjadi
orang yang pandai membagi kebahagiaan kepada orang lain baik dalam bentuk harta
atau bukan. Wujud kedermawanan tersebut misalnya seperti berikut.
a. Selalu
menyisihkan uang jajan untuk kotak amal setiap hari Jum’at yang diedarkan oleh
petugas Rohis.
b. Membantu teman yang sedang dalam kesulitan. c. Menjamu tamu
yang datang ke rumah sesuai dengan kemampuan.
ii.
Menjadi orang yang jujur dan dapat memberikan rasa aman
Wujud dari meneladani
sifat Allah Swt al-Mu’min adalah seperti berikut.
· a. Menolong teman/orang lain yang sedang dalam bahaya atau ketakutan.
· b. Menyingkirkan duri, paku, atau benda lain yang ada di jalan yang dapat
membahayakan pengguna jalan.
· c. Membantu orang tua atau anak-anak yang akan menyeberangi jalan raya.
iii.
Senantiasa bertawakkal kepada Allah Swt.
Wujud dari meneladani
sifat Allah Swt. al-Wakil dapat berupa hal-hal berikut.
· a. Menjadi pribadi yang mandiri, melakukan pekerjaan tanpa harus merepotkan
orang lain.
· b. Bekerja/belajar dengan sunguh-sungguh karena Allah Swt. tidak akan
mengubah nasib seseorang apabila orang tersebut tidak mau berusaha.
iv.
Menjadi pribadi yang kuat dan teguh pendirian
Perwujudan meneladani
dari sifat Allah Swt. al-Matin dapat
berupa hal-hal berikut.
·
Tidak mudah terpengaruh oleh rayuan atau ajakan orang lain untuk
melakukan perbuatan tercela.
·
Kuat dan sabar dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan yang dihadapi.
v.
Berkarakter pemimpin
·
Pewujudan meneladani sifat Allah Swt. al-Jāmi’, di antaranya seperti
berikut.
· Mempersatukan orang-orang yang sedang berselisih. · Rajin melaksanakan śalat berjama’ah.
· Hidup bermasyarakat agar dapat memberikan manfaat kepada orang lain.
vi.
Berlaku adil
Perwujudan meneladani
sifat Allah Swt. al-‘Adl misalnya seperti berikut.
- · Tidak memihak atau membela orang yang bersalah, meskipun orang tersebut saudara atau teman kita.
- · Menjaga diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar dari kezaliman.
vii.
Menjadi orang yang bertakwa
Meneladani sifat Allah
Swt. al-Ākhir adalah dengan cara seperti berikut.
· a. Selalu melaksanakan perintah Allah Swt. seperti śalat lima waktu, patuh
dan hormat kepada orang tua dan guru, puasa, dan kewajiban lainnya.
· b. eninggalkan dan menjauhi semua larangan Allah Swt. seperti mencuri,
minum-minuman keras, berjudi, pergaulan bebas, melawan orang tua, dan larangan
lainnya.
Rangkuman
1. Al-Asmā’u al-Husnā artinya adalah nama-nama
yang baik dan indah yang hanya dimiliki oleh Allah Swt. sebagai bukti
keagungan-Nya. Nama-nama Allah Swt. yang agung dan mulia itu merupakan suatu
kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan keagungan-Nya.
2. Dalam al-Asmā’u al-Husnā terdapat
sifat-sifat Allah Swt. yang wajib dipercayai kebenarannya dan dijadikan
petunjuk jalan oleh orang yang beriman dalam bersikap dan berperilaku.
3. Orang yang beriman akan menjadikan tujuh
sifat Allah Swt. dalam alAsmā’u al-Husnā sebagai pedoman hidupnya, dengan
berperilaku adil, pemaaf, bijaksana, menjadi pemimpin yang baik, selalu
berintrospeksi diri, berbuat baik dan berkasih sayang, bertakwa, menjaga
kesucian, menjaga keselamatan diri, berusaha menjadi orang yang terpercaya,
memberikan rasa aman pada orang lain, suka bersedekah, dan sebagainya.
4. Al-Karim mempunyai arti Yang Mahamulia, Yang
Mahadermawan atau Yang Maha Pemurah. Allah Mahamulia di atas segala-galanya,
sehingga apabila seluruh makhluk-Nya tidak ada satu pun yang taat kepada-Nya,
tidak akan mengurangi sedikitpun kemuliaan-Nya.
5. Al-Mu’min dapat dimaknai Allah sebagai Maha
Pemberi rasa aman bagi makhluk ciptaan-Nya dari perbuatan §alim. Allah adalah
sumber rasa aman dan keamanan dengan menjelaskan sebab-sebabnya.
6.
Al-Wakil mempunyai arti Yang Maha Pemelihara atau Yang Maha Terpercaya. Allah
memelihara dan menyelesaikan segala urusan yang diserahkan oleh hamba
kepada-Nya tanpa membiarkan apa pun terbengkalai.
7. Al-Matin berarti bahwa Allah Mahasempurna
dalam kekuatan dan kekukuhan-Nya. Kekukuhan dalam prinsip sifat-sifat-Nya,
tidak akan Allah melemahkan suatu sifat-Nya. Allah juga Mahakukuh dalam
kekuatankekuatan-Nya.
8. Al-Jāmi’ berarti Allah Maha Mengumpulkan dan
mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan segala sesuatu yang ada di langit dan di
bumi. Kemampuan Allah SWT tersebut tentu tidak terbatas, sehingga Allah mampu
mengumpulkan segala sesuatu, baik yang serupa maupun yang berbeda, yang nyata
maupun yang gaib, yang terjangkau oleh manusia maupun yang tidak dapat
dijangkau oleh manusia, dan lain sebagainya.
9. Al-Adl berarti Mahaadil. Keadilan Allah SWT
bersifat mutlak, tidak dipengaruhi apa pun dan siapa pun. Allah Mahaadil karena
Allah selalu menempatkan sesuatu pada tempat yang semestinya, sesuai dengan
keadilan-Nya yang Mahasempurna.
10. Al-Ākhir berarti Zat Yang Mahaakhir.
Mahaakhir di sini dapat diartikan bahwa Allah Swt. adalah Zat yang paling
kekal. Tidak ada sesuatu pun
setelah-Nya. Tatkala semua makhluk, bumi seisinya hancur lebur, Allah Swt.
tetap ada dan kekal.
No comments:
Post a Comment